Teknologi desalinasi, pengembangan, dan prospek
Teknologi desalinasi berasal dari zaman Aristoteles (384-322 SM) ketika ia membuat evaporator pertama yang diketahui dalam karya-karyanya tentang desalinasi air laut. Namun, baru setelah Perang Dunia II pabrik desalinasi pertama mulai dibangun.
Pada tahun 1960, di Universitas California, Membuat membran reverse osmosis pertama yang terbuat dari selulosa asetat, yang mampu mencegah lewatnya garam dan memungkinkan lewatnya aliran air dengan lancar. Dari membran dasar ini, teknologi terus berkembang, memberikan efisiensi energi yang lebih besar dan biaya operasi yang lebih rendah.
Ada batas efisiensi energi yang dapat dicapai, karena secara termodinamika ada biaya energi minimum yang tidak dapat dikurangi. Ini tergantung pada sifat fisikokimia air yang akan dideinalinasi, persentase pemulihan proses dan salinitas.
Masa depan jangka menengah mengkhawatirkan, karena pasokan air tawar akan menjadi kurang baik dan kurang tersedia. Diperkirakan 1% populasi dunia dipasok dengan air desalinasi pada tahun 2016, sementara proporsi ini diperkirakan akan mencapai 14% pada tahun 2025. Dengan skenario ini, kemajuan dalam mengurangi konsumsi energi desalinasi akan memungkinkan pembangunan pabrik reverse osmosis di seluruh dunia. dan terus berkembang.
Konsumsi energi sangat bergantung pada salinitas air yang akan diolah, sehingga akan perlu memprioritaskan sumber dari mana air bersih diperoleh. Sumber air yang pertama ialah penggunaan kembali air limbah, diikuti oleh desalinasi air payau. Desalinasi air laut harus menjadi pilihan terakhir. Di Israel, misalnya, sebuah negara dengan penggunaan air yang efisien dan teknologi air canggih, 80% air limbah digunakan kembali.
Alternatif ekonomis yang saat ramai dibahas adalah reverse osmosis dari air limbah perkotaan yang sudah dimurnikan untuk disuntikkan ke akuifer (Akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air ) . Proses ini cepat dan dapat dikontrol, dan berarti pemurnian air di kemudian hari tidak akan menjadi rumit. Saat ini, di Spanyol, pengolahan air limbah perkotaan menjadi air minum adalah ilegal, meskipun secara teknis dimungkinkan. Mungkin cara mengatasi hal ini adalah dengan memindahkan air limbah yang diolah reverse osmosis ke akuifer bawah tanah dan mengubahnya menjadi air minum di kemudian hari.
PT. Tirtamakmur Wisesa Abadi (TIWA) hadir untuk membantu kebutuhan air bersih di Indonesia, dengan proses Reverse Osmosis (RO), Sea Water Reverse Osmosis (SWRO), atau desalinasi air laut yang akan mengubah air kotor, air laut, air payau, bau logam, berkerak, Asin menjadi air tawar dan air bersih. Silahkan hubungi nomor HP. 081337752620 atau nomor kantor pusat di Bali di Nomor 0361-4753988 untuk langsung berhubungan dan berdiskusi mengenai masalah air anda. Atau juga bisa melalui emai ke info@tiwa.co.id
0 Comments